Minggu, 11 Maret 2012

PSIKOLOGI HEWAN

Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku hewan juga disebut etolog. Etologi studi obektif terhadap perilaku hewan. Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan lingkungannya. Hal itu merupakan kegiatan yang diarahklan dari luar dan tidak mencakup banyak perubahan di dalam tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup.
Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respons, efektor itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam. Hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah memperoleh makanan. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dari dalam.
Hubungan timbal balik antara stimulus dan respons yang terjadi pada organisme merupakan sebagian studi mengenai perilaku. Studi lainnya menyangkut masalah pertumbuhan dan mekanisme evolusioner dari organisme dan sekaligus evolusi perilakunya.Pada dasarnya studi mengenai perilaku sangat erat kaitannya dengan cabang disiplin ilmu lainnya. Misalnya di dalam mempelajari mekanisme kerja suatu hewan tertentu erat kaitannya dengan pengetahuan mengenai fisiologi alat indera, khususnya neurofisiologi, dengan endokrinologi, dan fisiologi otot itu sendiri. Semuanya bertumpu pada masalah studi mengenai sistem koordinasi. Studi mengenai evolusi berhubungan erat dengan ilmu taksonomi, ekologi, dan genetika. Dan studi mengenai fungsi-fungsi perilaku erat kaitannya dengan masalah aspek ekologis dan sosiologis.
Dua aspek penting dalam perilaku bawaan, yaitu:
Directiveness
Fakta menunjukkan bahwa perilaku merupakan suatu proses yang secara langsung berhubungan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu. Tujuan atau maksud tersebut merupakan faktor yang mengontrol semua aktivitasnya. Dengan demikian directiveness merupakan suatu bentuk perilaku, seperti juga proses-proses kehidupan lainnya.
Fenomena Subjektif
Peneliti-peneliti lain menekankan pada aspek tertentu yang lain dari perilaku. Salah satu contoh fenomena subjektif adalah perilaku “emosional”. Fenomena subjektif tidak mudah atau tidak dapat diobservasi secara objektif. Sebagai contoh: hewan akan berburu jika ia lapar, dan fenomena subjektif ini yang menyebabkan perilaku mencari makan pada hewan tersebut
Penyebab Perilaku Lainnya.
Fisiologi. Pengetahuan mengenai fisiologis mengenai kerja saraf dan otot saja tidak cukup untuk mengerti mengenai gerak pada hewan. Hal ini disebabkan karena perilaku merupakan suatu proses yang kompleks pada kontraksi otot.
Psikologis. Kategori kedua mengenai perilaku adalah psikologi yang memiliki Pengertian yang berbeda dengan fisiologis. Di Amerika kebanyakan psikolog menggunakan metode “behavioristik” yang pada dasarnya merupakan metode objektif sedangkan perilaku merupakan bagian yang bersifat subjektif.
Pada artikel ini , saya mengangkat tentang Psikologi Hewan sebagai contohnya adalah bateng, banteng merupakan binatang yang langka ,orang sering kali diingatkan untuk hati-hati jika berdekatan dengan banteng jika mengenakan baju berwarna merah. Apakah warna merah memang membuat banteng marah? Faktanya, banteng tidak dapat melihat dengan sempurna, karena Buta Parsial.
Penyebab seekor banteng terganggu adalah, karena seseorang melambaikan kain tepat di depan wajahnya. Pandangan terhadap warna adalah subyek yang menipu. Di dalam pandangan manusia memiliki batang mata yang sensitif terhadap cahaya, tetapi tidak menyediakan informasi mengenai warna. Tetapi banteng punya, dan bekerja baik dalam cahaya redup atau gelap.

Seperti saat melihat di malam hari, persepsi warna menjadi buram karena gelap. Batang mata manusia dilengkapi dengan tiga jenis sel kerucut, masing-masing sensitif terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda, gelombang merah, hijau, dan biru. Setiap warna yang kita tahu, dapat direpresentasikan sebagai kombinasi dari warna dasar tersebut.

Ketika sesuatu yang tidak beres dengan aspek pandangan dasar ini, maka menghasilkan kebutaan warna, yang biasanya berupa ketidakmampuan yang tidak lengkap untuk membedakan warna, daripada mempersempit rentang warna yang dapat dirasakan. Manusia memiliki pandangan warna umum seperti dalam ikan, reptil, amfibi, dan burung. Beberapa binatang melihat lebih banyak warna dari yang kita dapat, misalnya lebah.
Pada lebah Diskriminasi warna oleh lebah madu
Von Hess (1913) menemukan dari eksperimennya dengan menggunakan dua sumber cahaya yang berbeda warna dan intensitasnya ternyata lebah madu mendatangi cahaya yang lebih terang, terlepas dari warnanya. Selanjutnya ia memasang warna merah dengan hijau, lebah akan memilah salah satu warna dengan mengubah intesitasnya.Sehingga disimpulkan secara alamiah lebah madu adalah buta warna. Dengan demikian untuk memperoleh kesimpulan yang akurat maka diperlukan penelitian yang lebih seksama.
Buta Parsial
Persepsi warna merupakan respon otak atas stimulus yang diterima oleh retina. Telah diidentifikasi 3 jenis sel fotoreseptor kerucut (yang diperlukan untuk dapat membedakan warna) yakni biru, hijau, dan merah. Dibutuhkan minimal 2 sel untuk dapat membedakan warna, dan pada penglihatan warna normal dibutuhkan ketiganya. Buta warna biasanya disebabkan oleh faktor keturunan. Dari faktor keturunan ini yang paling sering ditemukan adalah defek sel merah-hijau. Buta warna ini berkaitan dengan gen X resesif, jadi diturunkan oleh ibu (tidak harus mengalami buta warna, karena gen bersifat resesif) kepada anak laki-lakinya. Pada seseorang dengan buta warna parsial, dapat mengalami defek pada sel kerucut merah ataupun hijau sehingga tidak dapat mempersepsi warna tersebut dan turunannya, juga sulit membedakannya.

Penyebab banteng tidak suka kain warna merah karena sebenernya banteng tidak suka lambaian kainnya, bukan warna kainnya itu sendiri. Banteng punya penyakit buta parsial yaitu tidak bisa melihat warna/buta warna. Tapi karena matador memang udah biasa memakai kain merah sebagai alat untuk aksinya melawan banteng, kita menganggap warna merah lah yang ngebuat si banteng ngamuk.
Baru-baru ini, para ilmuwan telah menemukan beberapa binatang berpikir dengan cara-cara yang dulunya dianggap unik untuk manusia: Sebagai contoh, beberapa hewan memiliki memori episodik, atau non-linguistik kemampuan matematika, atau kapasitas untuk menavigasi menggunakan Landmark. meskipun demikian kemampuan kognisi antara manusia dan hewan sungguh jauh perbedaannya. Keempat komponen yang membedakan menurut Hauser adalah: 1).kemampuan untuk menggabungkan dan menyambung kembali berbagai jenis informasi dan pengetahuan dalam rangka memperoleh pemahaman baru, 2.) kemampuan untuk menerapkan “aturan” atau solusi untuk satu masalah yang berbeda dan situasi baru, 3). kemampuan untuk menciptakan dan mudah memahami representasi simbolis komputasi dan input sensorik, dan 4.) Kemampuan untuk melepaskan cara berpikir dari input sensorik dan persepsi.

( Artikel ini untuk memenuhi mata kuliah ekologi hewan Prodi Biologi UMM )

http://umm.ac.id

Jumat, 06 Januari 2012

REFLEKSI DIRI KELOMPOK 11 DAN 12

REFLEKSI DIRI
KELOMPOK 11 DAN 12
Kelompok 11
Judul: EKOSISTEM AQUATIK
Hutan pantai adalah hutan yang menyebar di sepanjang pantai yang tidak tergenang oleh pasang surut air laut dengan luas + 3,3 juta hektar. Ciri-ciri pada hutan pantai adalah tidak berpengaruh iklim, tanah kering (tanah pasir, berbatu karang, lempung), tanah rendah pantai,pohon kadang-kadang ditumbuhi epyphit dan dapat dijumpai terutama di pantai selatan P. Jawa, pantai barat daya Sumatera dan pantai Sulawesi.
Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.
Mangrove disebut juga hutan pantai. Hutan pasang surut air laut, Hutan payau, atau Hutan bakau.Merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Hutan ini dapat hidup dengan subur klau wilayah pesisir tersebut memenuhi syarat-syarat berikut:
  1. Terlindung dari gemuran ombak dan arus pasang surut air lautyang kuat
  2. Daerahnya datar
  3. Memilki muara sungai yang besar
  4. Kadar garam air laut antara 10-30 per mil
Ekosistem air tawar dibagi menjadi 2 yaitu : ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
Ekosistem air tawar:
  1. Ekostem air lentik airnya tidak berarus, ini berarti airnya tidak mengalir. Contohnya : Danau, rawa air tawar, kolam, rawa gambut, pasir terapung
  2. Ekostem air Lotik  airnya berarus, berarti airnya senantiasa mengalir. Contoh dari ekosistem air tawar lotik sering kita jumpai di sekitar kita
Ekosistem air laut ciri-ciri memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin). Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pada ekosistem air tawar dipengaruhi oleh iklim sedangkan pada ekosistem hutan pantai tidak dipengaruhi oleh iklim,karena ekosistem air tawar berdarah dingin dan tidak ada variasi suhu yang tidak mencolok.
Pantai karang
Ekosistem pantai karang meliputi terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-­jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya.
Pantai berpasir
Pantai tipe ini memiliki substrat berpasir. Pantai tipe ini umumnya berada didekat muara sungai. Biota penyusun ekosistem ini sevariatif  pantai pasir putih. Kebanyakan Crustacea seperti undur-undur laut (Emerita sp.).
Pantai berlumpur
Ekosistem pantai lumpur terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan laut yang berada di muara sungai dan sekitarnya. Apabila sungainya besar, lumpur tersebut membentang luas sampai menjorok ke laut.
Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut yang naik (misalnya pada zaman es mencair) atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh sebab-sebab tektonis.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pantai yang cukup banyak diminati di dunia ini tidak hanya karena keindahannya (yang membuat harganya tinggi sehingga banyak yang diambil secara paksa dari laut) tapi juga karena keunikkannya.
Dalam ekosistem aquatic dibagi menjadi 2 yaitu:
Ekosistem laut pelagis
Laut merupakan dunia yang misterius hingga abad ke-18 Masehi. Menurut berbagai mitos dan cerita rakyat yang terkait dengan laut, laut adalah penguasa peradaban lama. Bangsa Roma meyakini bahwa lidah ombak merupakan kuda-kuda putih yang menarik kereta dewa Napiton.
Ekosistem laut dalam
Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut.
Bentos
Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di dasar laut, dikenal sebagai zona bentik
KELOMPOK 12
Judul : SUKSESI
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlanfsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Macam – macam suksesi ada 2 yaitu:
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
  1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
  2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
  3. Kehadiran pemencar benih.
  4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.
  5. Jenis substrat baru yang terbentuk
  6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Penyebab suksesi adalah iklim, topografi dan biotic.
Tahap tahap suksesi adalah: fase permulaan, fase awal / muda, fase dewasa, fase klimaks





Kamis, 05 Januari 2012

HUTAN MANGROVE

Sekilas Hutan Mangrove
Jumlah hutan mangrove di Indonesia tadinya mencapai 7,76 juta hektar. Letak hutan mangrove di Indonesia menyebar disekitar  Dangkalan Sunda dan sebelah timur Indonesia (Dangkalan Sahul). Meskipun begitu, dari jumlah total yang ada, sedikitnya 3,25 hektar dalam kondisinya kritis dan perlu diperhatikan keberadaanya.       
Hal ini bisa terjadi karena akibat penyalahgunaan zona pantai secara berlebihan menjadi tempat hunian. Padahal dengan adanya hutan bakau itu sangat berpotensi untuk mencegah erosi, dan berpotensi sebagai kawasan wisata.   
Bukan hanya itu, keberadaan hutan mangrove juga merupakan habitat bagi satwa liar yang terancam punah seperti, harimau Sumatra, bekantan, bangau tongtong dan migrasi burung-burung. 
Karena banyaknya fungsi hutan mangrove tersebut, maka ada baiknya sebagai Negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia, kita perlu mendukung penggalangkan gerakan rehabilitasi hutan bakau seperti yang dilakukan di Kepulauan Seribu supaya kritis hutan mangrove kita dapat teratasi.
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusuma et al, 2003). Menurut FAO, Hutan Mangrove adalah Komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue” dan bahasa Inggris ”grove” (Macnae, 1968). Dalam Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia).
Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Penggunaan istilah hutan bakau untuk hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya dihindari (Kusmana et al, 2003). Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan  dan menancapkan akarnya. Mangrove tumbuh dan berkembang pada pantai-pantai tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau di belakang terumbu karang di pantai yang terlindung (Nybakken, 1998). urang dari 89 jenis pohon mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Jenis api-api (Avicennia sp.) atau di dunia dikenal sebagai black mangrove mungkin merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya karena penyebaran benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan sistem perakaran di bawahnya mampu menahan endapan dengan baik. Mangrove besar, mangrove merah atau Red mangrove (Rhizophora sp.) merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis tersebut dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah :
1. Gerakan gelombang yang minimal, agar jenis
tumbuhan mangrove dapat menancapkan akarnya
2. Salinitas payau (pertemuan air laut dan tawar)
3. Endapan Lumpur
4. Zona intertidal (pasang surut) yang lebar
Keunikan Hutan Bakau
Hutan diperbatasan darat dan lautan ini sering juga disebut hutan mangrove. Memang jenis pohon bakau paling banyak ditemui, dengan akar-akarnya yang khas yang mencuat dari permukaan air. Padahal selain pohon bakau, masih banyak jenis pohon dan tumbuhan yang bisa ditemukan di kawasan hutan bakau. Ekosistem hutan bakau sangat unik, sebab meliputi tiga kawasan yaitu daratan, pantai, dan laut. 
Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :
  1. Habitat satwa langka           
    Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
  2. Pelindung terhadap bencana alam   
    Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
  3. Pengendapan lumpur
    Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
  4. Penambah unsur hara           
    Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
  5. Penambat racun        
    Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
  6. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)        
    Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
  7. Transportasi
    Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
  8. Sumber plasma nutfah          
    Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
  9. Rekreasi dan pariwisata      
    Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Pantai Padang, Sumatera Barat yang memiliki areal mangrove seluas 43,80 ha dalam kawasan hutan, memiliki peluang untuk dijadikan areal wisata mangrove.

    Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
  10. Sarana pendidikan dan penelitian    
    Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
  11. Memelihara proses-proses dan sistem alami          
    Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
  12. Penyerapan karbon  
    Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
  13. Memelihara iklim mikro       
    Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
  14. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam    
    Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
SUMBER:
http://indonesiaforest.webs.com/manfaat_hutan_mangrove.pdf_mangr

http://www.gadis.co.id/gaul/aksi/hutan.mangrove.indonesia/001/006/178

http://www.orbit-digital.com/biologi/hutan-bakau-bukan-sekadar-rawa-biasa

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau





REFLEKSI DIRI KELOMPOK 9 DAN 10


Refleksi diri
Kelompok  9 dan 10
Kelompok 9 :
Judul : Ekosistem
Ekosistem  merupakan suatauhubungan timbal  balik antara makhluk hidup dengan ligkungannya.
Di dalam ekosistem terdapat sistem terbuka dan sistem  tertutup. Sistem tertutup merupakan pertukarran energi. Pada sistem tertutup  merupakan petukaran energi dan materi melintasi batas. Keseimbangan ( steady statae ) merupakan keadaan yang tidak berubah yang dipertahankan oleh keadaan individu/ ekosistem.
Ekosistem terdapat struktur dan fungsinya yaitu komponenabiotik dan biotic. Pada Komponen abiotik sangat menentukan jenis makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan. Komponen abiotik banyak ragamnya, antara lain: tanah, air, udara, suhu, dan lain-lain.pada komponen biotic semua hewan, tumbuhan yang ada di dalam ekosistem dan komponen ini dibagi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer (pengurai).
Aliran energi
Pada aliran energi cahaya metahari diubah menjadi energi autotrof dan diteruskan menjadi energi heterotrof. Dan peran energi kimia ini mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkatan trofik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia yang diperoleh organisme digunakan untuk kegiatan hidupnya sehinggga tumbuh dan berkembang, pertumbuhan dan perkembangan organisme menunjukkan energi kimia yang tersimpan dalam organisme tersebut.jadi setiap organisme melakukan pemasukan dan penyimpanan energi .
Proses dasar dalam produktivitas adalah proses fotosintesis, proses respirasi dan faktor lingkungan.dan metode untuk mengetahui penentuan produktivitas primer adalah metode klorofil, metode penentuan radioaktif, metode pengukuran karbondioksida,metode penentuan oksigen dan metode penunaian.
Kelompok 10:
Judul : Ekosistem darat
Ekosistem secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan. Dalam kelompok ini membahas ekosistem darat  yang terdiri dari hutan Ekosistem darat terdiri dari hutan hujan tropis, hutan musiman tropis, hutan boreal, hutan luruh temperate, hutan taiga, zona arid, tundra, padang rumput, padang pasir, hutan kayu elfin, dan hutan savanna.
Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan. Daerah tropis secara keseluruhan mencakup 30 % dari luas permukaan bumi. Hutan Tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis.
Hutan musim tropis terdiri atas pepohonan yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Hutan konifer termasuk daerah-daerah penghasil kayu terbesar di dunia. Jarum-jarum konifer sangat lambat membusuk, dan tanah mengembangkan profil pedsol yang sangat khas. Pembuasukan dipengaruhi oleh cahaya matahari atau dipengaruhi oleh cahaya sepanjang tahun dan semak- semak yang tertutup oleh kanopi.
Huatan boreal ( hutan taiga) berkembang di daerah lintang tinggi dekat dengan kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah hutan tropis. Hutan ini di tumbuhi oleh jenis pohon berdaun jarum.
Hutan luruh temperate ,hutan ini meliputi daerah beriklim temperata dengan garis lintang menengah.
Hutan Taiga terdapat dibelahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Tundra
Daerah tundra hanya terdapat di belahan bumi utara dan kebanyakan terletak di daerah lingkungan kutub utara. Daerah ini memiliki musim dingin yang panjang serta gelap dapat berlangsung selama 9 bulan.
Hutan kayu elfin
Pohon tumbuh di wilayah alpine sering tidak akan tumbuh tinggi sebagai sebagai spesies yang sama akan tumbuh di hutan dataran rendah yang disebabkan colder iklim dan angin
Hutan savanna padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. Pengertian savanna(sabana) yang sebenarnya hanyalah hamparan rumput yang luas dan tempat dimana bermacam ekosistem berkumpul untuk saling berinteraksi
Fungsi ekosistem di zona arid adalaha sebagai produktifitas dan rantai makanan.
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu.